UNTUK JELASNYA
KLIK DISINI
Bactiar Martamulia sembuh dari Kanker Prostat Stadium Lanjut & Asam Urat, setelah minum
TAHITIAN NONI JUICE

TAHITIAN NONI JUICE bisa diminum bersamaan dengan obat dokter dan tidak menimbulkan efek samping

Jumat, 20 Mei 2011

Gunung Bromo dan Asal Mula Upacara Adat Yadnya Kasada


Gunung Bromo telah dikenal secara luas oleh masyarakat dunia sebagai tempat yang paling asyik untuk menyaksikan matahari terbit. Dengan kondisi udara yang dingin dan berada dibawah rata-rata, wisatawan juga dapat melihat kawah Bromo yang selalu aktif mengeluarkan asap. Dua hal unik ini hanya dapat ditemukan di kawasan Gunung Bromo. Sepanjang penglihatan, mata kita akan dimanjakan dengan lautan pasir yang terbentang luas hingga kaki gunung Bromo. 
Pintu gerbang utama untuk mencapai lautan pasir adalah melalui Cemorolawang. Inilah daerah paling sibuk dengan hiruk pikuk wisatawan, terutama pada hari libur nasional. Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan di lautan pasir. Diantaranya adalah berkemah, menikmati pemandangan alam, mengendarai kuda di atas lautan pasir, jalan kaki menuju mulut kawah gunung Bromo atau bahkan melakukan pengambilan gambar film atau shooting.

Gunung Bromo telah dihuni suku Tengger selama ribuan tahun. Mereka adalah penganut kepercayaan yang taat kepada Tuhan dan selalu menjalankan ritual dan tradisi yang telah digariskan nenek moyang suku Tengger yang berasal dari jaman Kerajaan Majapahit. Sejumlah peneliti tertarik melakukan riset terhadap budaya suku Tengger yang telah berlangsung selama berabad-abad dan tidak terpengaruh perubahan jaman. Terdapat beberapa versi mengenai asal-usul budaya masyarakat Tengger. Ada yang berdasarkan cerita rakyat dari mulut ke mulut, serat dan kidung, maupun hasil penelitian para ahli sejarah.

Sebagai pemeluk agama Hindu yang taat, terdapat beberapa upacara adat yang diselenggarakan secara rutin tiap tahun. Secara berturut-turut ritual tersebut adalah upacara pernikahan, Entas-entas, Wilujengan Karo, Wilujengan Kapat, Wilujengan Kapitu, Wilujengan Kawolu, Wilujengan Kasanga dan Wilujengan Kasada. Upacara tersebut dipimpin oleh seorang yang memiliki kekuatan gaib dan mampu berkomunikasi dengan makhluk halus yang disebut dukun. Budaya yang terbilang unik dan primitif ini menarik ribuan wisatawan dari dalam dan luar negeri.

Asal mula nama suku Tengger berasal dari sepasang suami-isteri yang bernama Roro Anteng dan Joko Seger. Penggabungan dua nama tersebut menjadi Tengger seperti saat ini dikenal masyarakat. Keduanya adalah pasangan yang serasi. Yang satu tampan, satunya lagi cantik. Namun ada satu kekurangan dalam hidup mereka. Meski telah menikah selama bertahun-tahun, mereka belum dikarunia anak. Hingga pada suatu hari terdengar suara gaib dari langit yang menjanjikan mereka bisa punya anak. Syaratnya adalah salah satu anak mereka harus dikorbankan ke kawah gunung Bromo. Dengan gembira Roro Anteng dan Joko Seger menyetujui perjanjian ini.

Anak pertama mereka terlahir dengan nama Tumenggung Klewung dan disusul berturut-turut kelahiran 25 anak lainnya. Hari-hari mereka jalani dengan bahagia hingga lahir anak terakhir mereka yang bernama Raden Kusuma. Suatu hari, suara dari langit tersebut menagih janji dan menyuruh suami-isteri tersebut mengorbankan Raden Kusuma ke kawah gunung Bromo pada bulan purnama tepat tanggal 14 bulan Kasada. Itulah awal mula tradisi mengorbankan hasil pertanian, peternakan dan perkebunan masyarakat Tengger yang disebut upacara Yadnya Kasada. Upacara tersebut tetap lestari sampai sekarang dan menjadi salah satu event yang selalu ditunggu-tunggu kehadirannya oleh turis lokal dan mancanegara.





2 komentar:

Sangat bagus sekali artikelnya, dan bisa membantu saya untuk menambah wawasan. silahkan lihat juga web kami di http://slatemka.wordpress.com

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More